Jumat, 26 September 2014

makalah ontologi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada mulanya ontologi dan metafisika adalah satu, yaitu dibahas dalam kajian metafisika. Kemudian pada abad ke-17 para filsuf membedakan antara metafisika dan ontolgi pada pemilahan kajian atau objek yang ditelaah. Secara garis besar ontologi dan metafisika mempunyai perbedaan arti secara etimologi yaitu; ontologi berasal dari kata ta onta dan logia. Ta onta berarti segala sesuatu yang ada dan logia berarti ajaran/ilmu pengetahuan, jadi ontologi berarti ajaran mengenai yang ada atau segala  sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika adalah sesuatu yang ada pada sesudah fisika.
Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas. Sementara itu penjelasan deskriptif mengenai ontologi dibahas sebagaimana akan diuraikan dimakalah ini dari pengertian ontologi, pendapat tokoh-tokoh filsafat terhadap ontologi, aliran-aliran dalam ontologi, metode-metode yang dipakai dalam ontologi serta manfaat mempelajari ontologi.



1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
  1. Apakah pengertian ontologi?
  2. Apa saja aliran-aliran ontologi?
  3. Apa metode yang digunakan dalam ontologi?
  4. Apa saja aspek ontologi dalam matematika?
  5. Apa manfaat mempelajari ontologi?

            Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah:
  1. Untuk mengetahui  pengertian ontologi
  2. Untuk mengetahui  aliran-aliran ontologi
  3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam ontologi
  4. Untuk mengetahui aspek ontologi dalam matematika
  5. Untuk mengetahui  manfaat mempelajari ontologi













BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian ontologi
Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik yang berbentuk jasmani/konkret, maupun rohani/abstrak. ( Bakhtiar, 2004:132)
Berikut adalah pendapat tokoh filsafat mengenai ontologi diantaranya:
1.     Amsal Bakhtiar dalam bukunya Filsafat Agama I mengatakan, ontologi adalah teori/ilmu tetang wujud, tentang hakikat yang ada.
2.     Aristoteles mengatakan The first Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda.
3.     Noeng Muhajir dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan ontologi membahas tentang yang ada yang universal dan tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
4.     Lorens Bagus menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
5.     Jujun S. Suriasumatri dalam Pengantar ilmu dalam Perspektif  mengatakan, ontologi membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.
6.     Dardiri  dalam bukunya Humaniora, Filsafat dan Logika mengatakan ontologi adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang  nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisis, hal universal,abstraksi) dapat dikatakan ada.
7.     Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat mengatakan, ontologi mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan.
(Bakhtiar, 2007: 133-134)

8.     Menurut Suriasumantri (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a). apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b). bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c). bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
9.     Menurut Soetriono & Hanafie (2007), Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.
10. Menurut Pandangan The Liang Gie, Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan :
a).  Apakah artinya ada, hal ada ?
b). Apakah golongan-golongan dari hal yang ada ?
c). Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada ?
d). Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari  kategori-kategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada ?
11. Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi Aristoteles, Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujud seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti , struktur dan prinsip benda tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM).
(Haris, 2013)
12. Surajiyo dalam bukunya Filsafat Ilmu, mengatakan, ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. (Surajiyo, 2007)

2.2.       Aliran-aliran dalam ontologi
1.     Aliran Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa ruhani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran ( Bakhtiar, 2004:135):
a.                                Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan ruhani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau ruh itu hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu. ( Bakhtiar, 2004:136)
Aliran pemikiran ini  dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air, karena pentingnya bagi kehidupan. Anaximander (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos (460-370 SM) berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom itulah yang merupakan asal kejadian alam. ( Bakhtiar, 2004:137)
Pada perkembangannya, sebagai aliran yang paling tua, paham ini timbul dan tenggelam seiring roda kehidupan manusia yang selalu diwarnai dengan filsafat dan agama. Alasan mengapa aliran ini berkembang sehingga memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah:
a.      Pada pikiran masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang yang abstrak.
b.     Penemuan-penemuan menunjukan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dalam peristiwa ini.
c.      Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda seperti pada padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ. Kesemuannya memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah benda.
                  ( Bakhtiar, 2004:137-138)
b.                               Idealisme
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani. ( Bakhtiar, 2004:138)
Alasan aliran ini menyatakan bahwa hakikat benda adalah ruhani, spirit atau sebangsannya adalah:
a.         Nilai ruh lebih tinggi dari pada badan, lebih tinggi nilainnya dari materi bagi kehidupan manusia. Ruh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya. Sehingga meteri hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.
b.         Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya.
c.         Meteri ialah kumpulan energi yang menenpati ruang. Benda tidak ada yang ada energi itu saja.
( Bakhtiar, 2004:138-139)
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu. Aristoteles (384-322 SM) memberikan sifat keruhanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide itu sebagi sesuatu tenaga yang berada dalam benda-benda itu sendiri dan menjalankan pengaruhnya dari dalam benda itu. ( Bakhtiar, 2004:141)
2.         Aliran Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat.   Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia. ( Bakhtiar, 2004:142)
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya Discours de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641). Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes, ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz (1646-1716 M). ( Bakhtiar, 2004:142)

3.         Aliran Pluralisme
Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas.
(Bakhtiar, 2004:144)
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M), yang mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal. (Bakhtiar, 2004:144)
4.         Aliran Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fathers and Children yang ditulis  pada tahun 1862 di Rusia. Dalam novel itu Bazarov sebagai tokoh sentral mengatakan lemahnya kutukan ketika ia menerima ide nihilisme.
(Bakhtiar, 2004:145)
Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia di mana ia hidup. (Bakhtiar, 2004:146)

5.         Aliran Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti unknown. A artinya not, gno artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi, agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.
(Bakhtiar, 2004:147)

2.3.       Metode dalam ontologi
Metode dalam ontology menurut Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :
1.         Abstraksi fisik, menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek
2.         Abstraksi bentuk, mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis, dan
3.         Abstraksi metaphisik. mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
       Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
pembuktian a priori adalah pembuktian yang tidak diperoleh dari percobaan/eksperimen tetapi bersumber dari akal itu sendiri dan pembuktian a posteriori adalah pembuktian yang diperoleh dari eksperimen/pengalaman indrawi.
Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan. Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik.
Contoh:
1.         Pembuktian a priori
       Yang Memakai baju toga adalah calon sarjana (Tt-P)
        Pak Syarifudin memakai baju toga (S-Tt)
       Jadi > Pak Syarifudin calon sarjana (S-P)
2.         Pembuktian a posteriori
Pak Lukman merupakan mantan lurah Cimindi (Tt-S)
Pak Lukman seorang Pengusaha Emas (Tt-P)
Jadi > Salah seorang mantan lurah Cimindi adalah seorang pengusaha emas (S-P)
(Yudiarputra, 2011)






2.4.       Aspek ontologi dalam matematika
Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
1.         Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif).
2.         Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama lain.
3.         Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling bertautan dan tidak bertentangan.
4.         Rasional; ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis.
5.         Komprehensif; objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari barbagai sudut pandang).
6.         Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma.
7.         Universal; ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja

2.5.       Manfaat mempelajari ontologi
Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
  1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.
  2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
  3. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika. (Anis, 2007)



BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1.     Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik yang berbentuk jasmani/konkret, maupun rohani/abstrak
2.     Aliran-aliran ontologi monoisme (materialisme dan idealisme),  Dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme
3.     Metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
4.     Aspek ontologi dalam matematika antara lain metodis, sistematis, koheren, rasional, komprehensif, radikal dan universal.
















DAFTAR PUSTAKA

Anis, Farina.2007.  Ontologi Islam. (http://permenungan.multiply.com, diakses 16 September 2014 Pukul 08.45)
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Haris.2013. Ontologi. (http://harisreinald3.blogspot.com/2013/03/ontologi.html diakses 16 September 2014 Pukul 09.00)
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.
Yudiarputra. 2011. http://yudiarputra05.blogspot.com/2011/07/makalah-ontologi-kelompok-i.html diakses 16 September 2014 Pukul 10.12)


















MAKALAH   FILSAFAT  ILMU

ONTOLOGI





Logo Unsri Warna
 

 

 

 




Oleh :

INDAH WIDYANINGRUM
     06022681419031




PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karuania-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai Ontologi. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan salah satu tugas dari mata kuliah Filsafat Ilmu.
Dalam makalah ini dibahas tentang pengertian ontologi yaitu cabang ilmu filsafat yang menelaah tentang objek apa yang ada dalam telaah ilmu, aliran-aliran dalam ontologi yaitu Monoisme (Materialisme dan Idealisme),  Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, Agnostisisme. Metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu  pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori serta aspek ontologi pada ilmu matematika yaitu metodis, sistematis, koheren, rasional, komprehensif, radikal, universal.
Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi, baik dari penyusunan kalimat maupun sistematikanya. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.


Pagar Alam, 20 September 2014
Penulis

Indah Widyaningrum








i
 
 
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I  PENDAHULUAN.................................................................................. 1
 1.1     Latar Belakang........................................................................................... 1  
 1.2     Rumusan masalah ...................................................................................... 2
  1.3     Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1     Pengertian Ontologi.................................................................................... 3
2.2     Aliran -aliran dalam  Ontologi .................................................................... 5
2.3     Metode dalam Ontologi.............................................................................. 9
2.4     Aspek Ontologi dalam matematika........................................................... 11
2.5    Manfaat mempelajari Ontologi................................................................... 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12
3.1    Kesimpulan................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13




ii
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar