BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ontologi merupakan
salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi
tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan
Aristoteles . Pada mulanya ontologi dan metafisika
adalah satu, yaitu dibahas dalam kajian metafisika. Kemudian pada abad ke-17 para filsuf
membedakan antara metafisika dan ontolgi pada pemilahan kajian atau objek yang
ditelaah. Secara garis besar ontologi dan metafisika mempunyai perbedaan arti
secara etimologi yaitu; ontologi berasal dari kata ta onta dan logia. Ta onta
berarti segala sesuatu yang ada dan logia berarti ajaran/ilmu pengetahuan, jadi
ontologi berarti ajaran mengenai yang ada atau segala sesuatu yang ada.
Sedangkan metafisika adalah sesuatu yang ada pada sesudah fisika.
Ontologi
secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya.
Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk
mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas
tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar
pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan
digunakan sebagai dasar pembahasan realitas. Sementara itu penjelasan deskriptif mengenai ontologi dibahas sebagaimana
akan diuraikan dimakalah ini dari pengertian ontologi, pendapat tokoh-tokoh
filsafat terhadap ontologi, aliran-aliran dalam ontologi, metode-metode yang
dipakai dalam ontologi serta manfaat mempelajari ontologi.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
- Apakah pengertian ontologi?
- Apa saja aliran-aliran ontologi?
- Apa metode yang digunakan dalam ontologi?
- Apa saja aspek ontologi dalam matematika?
- Apa manfaat mempelajari ontologi?
Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan
penulisan makalah ini adalah:
- Untuk mengetahui pengertian ontologi
- Untuk mengetahui aliran-aliran ontologi
- Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam ontologi
- Untuk mengetahui aspek ontologi dalam matematika
- Untuk mengetahui manfaat mempelajari ontologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian ontologi
Menurut bahasa,
ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Jadi,
ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu
yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality,
baik yang berbentuk jasmani/konkret, maupun rohani/abstrak. (
Bakhtiar, 2004:132)
Berikut adalah
pendapat tokoh filsafat mengenai ontologi diantaranya:
1.
Amsal Bakhtiar
dalam bukunya Filsafat Agama I mengatakan, ontologi adalah teori/ilmu tetang
wujud, tentang hakikat yang ada.
2.
Aristoteles
mengatakan The first Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi
benda.
3.
Noeng Muhajir dalam
bukunya Filsafat Ilmu mengatakan ontologi membahas tentang yang ada yang
universal dan tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
4.
Lorens Bagus
menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
5.
Jujun S.
Suriasumatri dalam Pengantar ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontologi
membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau
dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.
6.
Dardiri dalam
bukunya Humaniora, Filsafat dan Logika mengatakan ontologi adalah menyelidiki
sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda
dimana entitas dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisis,
hal universal,abstraksi) dapat dikatakan ada.
7.
Sidi
Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat mengatakan, ontologi mempersoalkan
sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan.
(Bakhtiar, 2007: 133-134)
8.
Menurut
Suriasumantri (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui,
seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai
teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a).
apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b).
bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c).
bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
9.
Menurut Soetriono &
Hanafie (2007), Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang
lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal
dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari
obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu
yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan
alam kenyataan dan keberadaan.
10. Menurut
Pandangan The Liang Gie, Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang
mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan
:
a). Apakah
artinya ada, hal ada ?
b). Apakah golongan-golongan dari hal yang ada ?
c). Apakah sifat dasar
kenyataan dan hal ada ?
d). Apakah
cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori
logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi
dan bilangan) dapat dikatakan ada ?
11. Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari
Konsepsi Aristoteles, Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujud
seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan
metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real
nature) dari suatu benda untuk menentukan arti , struktur dan prinsip benda
tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh
Aristoteles abad ke-4 SM).
(Haris, 2013)
12.
Surajiyo dalam
bukunya Filsafat Ilmu, mengatakan, ontologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan tentang yang ada. (Surajiyo, 2007)
2.2.
Aliran-aliran
dalam ontologi
1.
Aliran Monoisme
Paham
ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu
saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa ruhani. Tidak mungkin ada hakikat
masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan
sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Istilah
monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini
kemudian terbagi ke dalam dua aliran ( Bakhtiar, 2004:135):
a.
Materialisme
Aliran
ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan ruhani. Aliran
ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan
satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh
tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau ruh itu
hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu
cara tertentu. ( Bakhtiar, 2004:136)
Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat
yaitu Thales (624-546 SM). Ia berpendapat bahwa
unsur asal adalah air, karena pentingnya bagi kehidupan. Anaximander (585-528
SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan alasan bahwa udara
merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos (460-370 SM) berpendapat
bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat
dihitung dan amat halus. Atom-atom itulah yang merupakan asal kejadian alam. (
Bakhtiar, 2004:137)
Pada
perkembangannya, sebagai aliran yang paling tua, paham ini timbul dan tenggelam
seiring roda kehidupan manusia yang selalu diwarnai dengan filsafat dan agama.
Alasan mengapa aliran ini berkembang sehingga memperkuat dugaan bahwa yang
merupakan hakikat adalah:
a.
Pada pikiran masih
sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran
terakhir. Pikiran sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang yang
abstrak.
b.
Penemuan-penemuan
menunjukan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Oleh sebab itu, peristiwa jiwa
selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dalam
peristiwa ini.
c.
Dalam sejarahnya
manusia memang bergantung pada benda seperti pada padi. Dewi Sri dan Tuhan
muncul dari situ. Kesemuannya memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat
adalah benda.
( Bakhtiar, 2004:137-138)
b.
Idealisme
Idealisme
diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari
ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan
menempati ruang. Materi atau zat itu
hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani. (
Bakhtiar, 2004:138)
Alasan aliran ini menyatakan bahwa hakikat benda adalah
ruhani, spirit atau sebangsannya adalah:
a.
Nilai
ruh lebih tinggi dari pada badan, lebih tinggi nilainnya dari materi bagi
kehidupan manusia. Ruh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya. Sehingga
meteri hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.
b.
Manusia
lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya.
c.
Meteri
ialah kumpulan energi yang menenpati ruang. Benda tidak ada yang ada energi itu
saja.
( Bakhtiar,
2004:138-139)
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran
Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya,
tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal dari tiap
sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja
dari alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar
wujud sesuatu. Aristoteles (384-322 SM) memberikan sifat keruhanian dengan
ajarannya yang menggambarkan alam ide itu sebagi sesuatu tenaga yang berada dalam
benda-benda itu sendiri dan menjalankan pengaruhnya dari dalam benda itu. (
Bakhtiar, 2004:141)
2.
Aliran Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda
terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan
hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh,
dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua
macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan
abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang
paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri
manusia. ( Bakhtiar, 2004:142)
Tokoh paham ini adalah Descartes
(1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua
hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang
(kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya Discours de la Methode (1637)
dan Meditations de Prima Philosophia (1641). Dalam bukunya ini pula, Ia
menerangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito Descartes (metode keraguan
Descartes/Cartesian Doubt). Disamping
Descartes, ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm
von Leibniz (1646-1716 M). ( Bakhtiar, 2004:142)
3.
Aliran Pluralisme
Aliran ini berpandangan bahwa
segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan
dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary
of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa
kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua
entitas.
(Bakhtiar, 2004:144)
Tokoh aliran ini pada masa Yunani
Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada
itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M), yang mengemukakan
bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang
berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal. (Bakhtiar, 2004:144)
4.
Aliran Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin
yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui
validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan
Turgeniev dalam novelnya Fathers and
Children yang ditulis pada tahun
1862 di Rusia. Dalam novel itu Bazarov sebagai tokoh sentral mengatakan
lemahnya kutukan ketika ia menerima ide nihilisme.
(Bakhtiar, 2004:145)
Doktrin tentang nihilisme
sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias
(485-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama,
tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak
dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia
tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh lain aliran ini
adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya dunia terbuka untuk
kebebasan dan kreativitas manusia. Mata
manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia di
mana ia hidup. (Bakhtiar, 2004:146)
5.
Aliran Agnostisisme
Paham ini
mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat
materi maupun hakikat ruhani. Kata agnostisisme berasal dari bahasa Grik
Agnostos, yang berarti unknown. A artinya not, gno
artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang
berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya
seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan julukan sebagai
Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah
hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang
sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda
dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa
satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat
memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M),
yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia
bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi,
agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia
mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.
(Bakhtiar, 2004:147)
2.3.
Metode
dalam ontologi
Metode dalam ontology menurut
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :
1.
Abstraksi fisik,
menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek
2.
Abstraksi bentuk,
mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis, dan
3.
Abstraksi metaphisik.
mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
Abstraksi
yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
pembuktian a priori adalah pembuktian yang tidak diperoleh dari percobaan/eksperimen tetapi bersumber dari akal itu sendiri dan pembuktian a posteriori adalah pembuktian yang diperoleh dari eksperimen/pengalaman indrawi.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
pembuktian a priori adalah pembuktian yang tidak diperoleh dari percobaan/eksperimen tetapi bersumber dari akal itu sendiri dan pembuktian a posteriori adalah pembuktian yang diperoleh dari eksperimen/pengalaman indrawi.
Pembuktian a
priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat;
dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah
realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang
dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun
dengan tata silogistik.
Contoh:
1.
Pembuktian a priori
Yang Memakai baju toga adalah calon
sarjana (Tt-P)
Pak
Syarifudin memakai baju toga (S-Tt)
Jadi > Pak Syarifudin calon sarjana (S-P)
2.
Pembuktian a posteriori
Pak Lukman merupakan mantan lurah
Cimindi (Tt-S)
Pak Lukman seorang
Pengusaha Emas (Tt-P)
Jadi > Salah
seorang mantan lurah Cimindi adalah seorang pengusaha emas (S-P)
(Yudiarputra, 2011)
2.4.
Aspek
ontologi dalam matematika
Aspek ontologi
pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
1.
Metodis; matematika
merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif).
2.
Sistematis;
ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu
matematika saling berkaitan antara satu sama lain.
3.
Koheren;
konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling bertautan dan
tidak bertentangan.
4.
Rasional;
ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis.
5.
Komprehensif;
objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari barbagai
sudut pandang).
6.
Radikal;
dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma.
7.
Universal;
ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja
2.5.
Manfaat
mempelajari ontologi
Ontologi yang merupakan
salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya
sebagai berikut:
- Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.
- Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
- Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika. (Anis, 2007)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.
Ontologi adalah ilmu
yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality,
baik yang berbentuk jasmani/konkret, maupun rohani/abstrak
2.
Aliran-aliran ontologi
monoisme (materialisme dan idealisme),
Dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme
3.
Metode pembuktian dalam
ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori
dan pembuktian a posteriori.
4.
Aspek
ontologi dalam matematika antara lain metodis, sistematis, koheren, rasional,
komprehensif, radikal dan universal.
DAFTAR PUSTAKA
Anis, Farina.2007.
Ontologi Islam. (http://permenungan.multiply.com, diakses 16 September 2014 Pukul
08.45)
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Haris.2013. Ontologi. (http://harisreinald3.blogspot.com/2013/03/ontologi.html
diakses 16 September 2014 Pukul 09.00)
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.
Yudiarputra. 2011. http://yudiarputra05.blogspot.com/2011/07/makalah-ontologi-kelompok-i.html diakses 16 September 2014 Pukul 10.12)
MAKALAH FILSAFAT ILMU
ONTOLOGI
Oleh :
INDAH WIDYANINGRUM
06022681419031
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karuania-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
mengenai Ontologi. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan salah
satu tugas dari mata kuliah Filsafat Ilmu.
Dalam
makalah ini dibahas tentang pengertian ontologi yaitu cabang ilmu filsafat yang
menelaah tentang objek apa yang ada dalam telaah ilmu, aliran-aliran dalam
ontologi yaitu Monoisme (Materialisme dan Idealisme), Dualisme, Pluralisme, Nihilisme,
Agnostisisme. Metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan
menjadi dua, yaitu pembuktian a priori
dan pembuktian a posteriori serta aspek ontologi pada ilmu matematika yaitu
metodis, sistematis, koheren, rasional, komprehensif, radikal, universal.
Dalam
mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari
berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi, baik dari penyusunan kalimat
maupun sistematikanya. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Pagar Alam, 20 September 2014
Penulis
Indah Widyaningrum
|
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1 Pengertian
Ontologi.................................................................................... 3
2.2 Aliran
-aliran dalam Ontologi .................................................................... 5
2.3 Metode dalam Ontologi.............................................................................. 9
2.4 Aspek Ontologi dalam matematika........................................................... 11
2.5 Manfaat mempelajari Ontologi................................................................... 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................... 13
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar